document-lisence

seluruh dokumen di 'Jagad-seniRUPA' ini, dapat digunakan, dimodifikasi, dan disebarluaskan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan tetap menyertakan sumber-nya.

Minggu, 24 Mei 2009

lukisan dari abad 17 Getty museum LA

lukisan dari abad 17 Getty museum LA




_______________________________________________________________
(sumber; Rossa-Rosadi)




Selasa, 19 Mei 2009

PAMERAN SENI RUPA NUSANTARA 2009

PAMERAN SENI RUPA NUSANTARA 2009
"Menilik Akar"
Host:
Galeri Nasional Indonesia
Type:
Network:
Global
Start Time:
Tuesday, May 19, 2009 at 7:30pm
End Time:
Sunday, May 31, 2009 at 7:30pm
Location:
Galeri Nasional Indonesia
Street:
Jalan Medan Merdeka Timur 14
City/Town:
Jakarta, Indonesia

Phone:
02134833954
Email:


Description

Mengundang Anda untuk menghadiri

pembukaan Pameran Seni Rupa Nusantara 2009:

“MENILIK AKAR”



Selasa, 19 Mei 2009, pukul 19.00 wib

di Galeri Nasional Indonesia (GNI)

Jl. Medan Merdeka Timur No. 14

Jakarta Pusat 10110

(www.galeri-nasional.or.id)



Pameran akan dibuka oleh:

Bapak Ir. Jero Wacik, SE

(Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI)



Rangkaian Acara:



Selasa, 19 Mei 2009 Pukul 19.30 WIB

Pembukaan Pameran; Peresmian Ruang Audio-Visual;

Penyerahan Hibah Lukisan karya kolektif Sanggar Bumi Tarung

Rabu, 20 Mei 2009 Pukul 10.00 WIB
Diskusi: SENI RUPA SEBAGAI KARIER:

MENEROPONG PERUPA MUDA INDONESIA
Pembicara: Alia Swastika, Kuss Indarto,

Penanggap: Rizki A. Zaelani
(Kerjasama dengan Majalah VISUAL ARTS)

23-31 Mei 2009 pukul 11.00 dan 15.00 WIB
Penayangan Video Art (Video Screening)

(Kerjasama dengan RUANGRUPA)



Daftar Peserta

Pameran Seni Rupa Nusantara 2009:

"MENILIK AKAR"

ACEH: mahdi abdullah, BALI: antonius kho, i gusti putu hardana putra, i wayan sedanayasa, i wayan suardana, nyoman gunarsa, wayan dania, BANTEN: nikasius, rohadi, D.I. YOGYAKARTA: agung hanafi, agung santosa, agus putu suyadya, andris susilo, arlan kamil, farhan siki, hery sudiono, hidayat, i kadek agus ardika, ivan yulianto, kohar, prasetiyo yunianto, robert nasrullah, rocka radipa, sulistya hadi, susanto, vani h.r., ye agung, yun suroso, yulius heru prihono, DKI JAKARTA: ab soetikno, afriani, forum lenteng, m. rusnoto, nani sakri, syaiful ardianto, tato kastaredja, JAMBI besta, edy dharma, fauzi z., JAWA BARAT: agus djatnika, ali rubin, arivin yasonas, basuki bawono, danny irawan, evi muheryawan, khrisna, machfudz, rendra santara, toni antonius, yudi a.b., JAWA TENGAH: arif sulaiman, bambang hariyanto, daryono yunani, sedes art, soegeng tm, suitbertus sarwoko, susilo tomo, darus marchiano, JAWA TIMUR: ainur maryanto, djoeari soebardja, gusar suryanto, imron fatoni, ira sulistyawati, ivan hariyanto, miranti minggar triliani, ruslan, santoso prasetyo, KALIMANTAN BARAT: benyamin darmawan, KALIMANTAN SELATAN: sulistyono, kalimantan timur: cadio tarompo, sairi lumut, LAMPUNG: koliman, nurbaito, NTB: wayan geredeg, NTT: jacky lau, RIAU: reynaldi, kodri johan, julianto, zulamri, sulawesi SULAWESI SELATAN: mike turusy, SULAWESI UTARA: enoch saul, jimmy manus, SUMATRA BARAT: dwi oon agustyono, randi pratama, zikri, iswandi, SUMATRA SELATAN: edy fahyuni, SUMATRA UTARA: endra, lenny pasaribu, sahala, yoesafrizal, PESERTA UNDANGAN: alfi luviani, awi ibanesta, besta, donny kurniawan, endang lestari, endra, herlambang bayuaji “gundul”, ismanto, irawan banuaji, wilman syahnur

Minggu, 17 Mei 2009

vanessa-ariati--jagad-lukis

jagad-lukis
Vanessa-Ariati









selengkapnya................................

Jumat, 08 Mei 2009

Andi-Wahono

Andi-Wahono

















____________________________________________________________________
(sumber; Kus-Indarto)

rupa-rupa










Rupa-Rupa





seni-posmodern--rivai

Perlawanan~Seni-Posmodern
oleh; Rivai


Sebenarnya ini adalah tugas UTS saya untuk mata kuliah Tinjauan Seni, tapi berhubung belum ada posting baru yang menarik, jadi saya post aja di sini. Saya membuat makalah ini dengan terburu-buru, jadi apabila ada yang bisa mengoreksi, tolong koreksi via comment, pasti saya perhatikan.

Photobucket



A. Munculnya Seni-Posmodern


Posmodernisme secara harafiah dapat diartikan sebagai 'sesudah-modernisme'. Menurut Jean-Baudrillard, posmodernisme adalah meleburnya batas-wilayah dan pembedaan antar budaya-tinggi dengan budaya-rendah, antara penampilan dengan kenyataan dan segala oposisi-biner lainnya yang selama ini dijunjung tinggi oleh teori sosial dan filsafat konvensional. Dengan demikian, posmodern secara umum adalah proses dediferensiasi dan munculnya peleburan di segala bidang.

Dalam prakteknya, secara sederhana posmodernisme adalah suatu cara pandang yang bertujuan untuk melawan atau merevisi cara pandang modernisme. Dalam pengertian itu, kita dapat melihat adanya dua kecenderungan yang berbeda, sehingga istilah posmodern menjadi terkesan ambigu. Untuk memperjelas perbedaan itu, beberapa kalangan membagi posmodernisme menjadi dua-jenis, yaitu posmodernisme-dekonstruktif dan posmodernisme-rekonstruktif. Posmodernisme-dekonstruktif memiliki ciri merombak tatanan-nilai dari modernisme sebagai suatu bentuk pembebasan dan penggambaran tentang gagalnya modernisme. Sementara itu posmodernisme-rekonstruktif lebih berusaha untuk menawarkan cara pandang baru sebagai solusi untuk kegagalan-modernisme.

Posmodernisme adalah suatu wacana yang sangat luas—seluas modernisme yang menjadi lawannya—sehingga tidak dapat dihindari lagi pengaruhnya terhadap berbagai aspek kehidupan di masyarakat. Paham ini sangat mempengaruhi dunia filsafat, politik, sosiologi, serta tentu saja seni dan budaya. Salah satu awal pemakaian istilah posmodernisme dalam seni-rupa terjadi pada tahun-1972 dalam 'Other-Criteria' milik Leo-Steinbergs, pada sebuah diskusi mengenai transformasi Robert-Rauschenberg dari permukaan gambar menuju apa yang disebut Steinberg sebagai flatbed (Douglas-Crimp, 1980). Penggunaan istilah posmodern semakin familiar semenjak digunakan dalam dunia-arsitektur pada tahun-1977, dalam karya Charles-Janck, 'The Language of Postmodern Architecture'. Meski demikian, awal yang pasti dari pengaruh posmodernisme adalah sesuatu yang simpang siur dan sulit ditentukan, sehingga hanya dapat dikatakan terjadi pada tahun 1970-an.

Salah satu penyebab berkembangnya posmodernisme dalam dunia seni, adalah kejenuhan terhadap wacana seni modern yang lama-kelamaan dianggap monoton. Seni modern yang sangat mengutamakan orisinalitas dan inovasi dianggap sudah kering dan tak mampu lagi melanjutkan eksistensinya. Dipicu oleh berbagai gerakan dalam seni modern yang kritis seperti gerakan-dada, abstrak-ekspresionisme, seni-konseptual, sampai happening-arts, para seniman dan filsuf kembali mempertanyakan makna dan nilai seni yang dipercaya oleh seni modern. Pada saat itulah, seni posmodern muncul dan menyatakan bahwa seni modern telah berakhir.

Avant-Garde pada tahun-1967 mengulangi lagi perbuatan dan sikap yang ada pada tahun-1917, maka kita sedang mengalami akhir dari ide seni modern—the end of the idea of modern art”. (Octavio-Paz)


B. Perlawanan Seni Posmodern

Sederhananya, kita dapat melihat posmodernisme sebagai kebalikan dari modernisme, oleh karena itu seni posmodern akan selalu meragukan dan melawan nilai-nilai dan tatanan sistem yang diakui dalam seni modern. Hal-hal yang ditentang tersebut antara lain adalah universalisme-seni, otonomi-seni, orisinalitas, dan formalisme. Untuk memperjelas peran posmodernisme sebagai lawan modernisme, Ihab-Hassan--seorang penulis kelahiran Mesir, dalam 'Postmodern American Fiction: A Norton Anthology' (1998) merangkum perbedaan-perbedaan antara posmodernisme dan modernisme yang antara lain adalah sebagai berikut:

modernism X postmodernism
bentuk (konjungtif--terbuka) X anti-bentuk (disjungtif--tertutup)
tujuan X bermain
rancangan X kesempatan
hierarki X anarki
objek-seni X proses-seni
keberjarakan X partisipasi
sintesis X antitesis
keberadaan X ketidakberadaan
pemusatan X penyebaran
metafora X metonimia
seleksi X kombinasi
akar/kedalaman X kulit/permukaan
interpretasi X melawan-interpretasi
naratif X anti-naratif
paranoia X skizofrenia

Posmodernisme menentang tatanan baku dan pemusatan seni sebagai satu bahasa universal yang dikampanyekan modernisme. Dalam modernisme, dunia seni seolah terbagi menjadi pusat dan daerah pengaruh, sehingga perkembangan seni modern hanya terpusat pada negara-negara Amerika dan Eropa. Posmodernisme menginginkan adanya fragmentasi dalam seni dan budaya, sehingga pemahaman seni sebagai suatu bahasa universal adalah sesuatu yang tidak dapat dipercaya. Keberagaman yang diusung posmodernisme secara langsung atau tidak telah memberikan dukungan terhadap gerakan feminisme, spiritualisme, budaya-budaya tradisional, dan berbagai aspek yang selama ini dipinggirkan oleh modernisme. Salah satu seniman yang sejalan dengan posmodernisme dan mengangkat tema perempuan adalah Barbara-Kruger.

Photobucket

Seni posmodern tidak mengakui adanya satu garis lurus dalam sejarah seni dan tidak mempercayai keharusan akan suatu progres dalam seni menuju kesempurnaan seperti yang dipercayai oleh seni modern. Dengan menempatkan seni pada satu wilayah datar tanpa arah, seni posmodern menginginkan terciptanya perkembangan seni yang menyebar dan tanpa narasi. Posmodernisme membuka pintu lebar-lebar bagi berinteraksi dan bersimpang siurnya berbagai gaya dari berbagai seniman, periode dan kebudayaan (Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, 2003). Hal ini menyebabkan dalam seni posmodern tidak diperlukan lagi keberadaan avant-garde, sehingga keutamaan avant-garde hanya dianggap sebagai mitos belaka.

Seni modern mengenal kepercayaan seni yang otonom, yaitu seni untuk seni. Hal ini selanjutnya telah menciptakan strata high-art dalam seni modern yang memisahkan seni dengan kehidupan sehari-hari. Posmodernisme dengan visi keberagamannya berusaha melawan otonomi seni ini, dengan menyatakan bahwa seni tak bisa dipisahkan dari aspek kehidupan lainnya. Dengan begitu, pemisahan antara high-art dan low-art pun menjadi tidak diperlukan lagi. Lebih jauh lagi, terpengaruh oleh produksi massal barang-barang industri dan karya seni yang pada dewasa ini sudah diperlakukan sebagaimana barang industri, posmodernisme juga menghilangkan jarak antara benda yang dianggap karya seni dan benda yang dianggap bukan karya seni, sehingga antara keduanya menjadi tidak memiliki batasan. Seorang seniman bisa saja menggunakan barang jadi atau barang industri yang diproduksi secara massal untuk karyanya. Penghapusan batasan ini juga secara langsung menjadikan orisinalitas yang selama ini diagungkan oleh seni modern menjadi sesuatu yang semu. Seorang seniman tidak harus membuat karyanya sendiri, ia bisa saja menggunakan benda yang dibuat oleh orang atau seniman lain. Selain itu mengambil sebagian karya orang lain sebagai apropriasi dan dijadikan karya sendiri adalah sesuatu yang dianggap lazim. Meski begitu, penggunaan teknik kolase, penyusunan ulang, dan apropriasi sebenarnya sudah dilakukan oleh gerakan-gerakan seni rupa pada akhir masa modern, di antaranya yang paling radikal adalah gerakan dada dan seni konseptual yang merupakan salah satu cikal bakal seni posmodern. Salah satu contoh karya seniman dada yang terkenal dan menjadi gejala kemunculan seni posmodern adalah 'Fountain' karya Marcel-Duchamp. Sedangkan salah satu karya pendahulu yang memanfaatkan benda jadi komersial sebagai bagian dari karya adalah 'Untitled-Combine' dari Robert-Rauschenberg.

Perlawanan posmodernisme juga dilakukan terhadap aliran estetika formalisme yang digunakan oleh seni modern. Penggunaan estetika formalisme sebagai suatu alat untuk menilai karya seni melalui unsur-unsur rupa semata, dinilai terlalu materialistis dan dominan, sehingga bertentangan dengan semangat seni posmodern yang ikut memberi ruang pada spiritualitas. Perlawanan terhadap formalisme sebenarnya sudah terlihat jelas dalam kemunculan seni konseptual yang lebih mementingkan konsep dari pada bentuk final sebuah karya.


C. Permasalahan dalam Seni Posmodern

Meski telah mendapatkan dukungan dari banyak pihak, namun tidak sedikit pula yang menentang posmodernisme dan seni posmodern. Salah satu pembela modernisme yang terkenal adalah Clement-Greenberg, di sisi lain dari orang-orang yang melawan modernisme secara radikal seperti Felix-Guattari. Hal ini disebabkan karena banyak kalangan menilai bahwa posmodernisme akan menimbulkan chaos atau kekacauan. Akan ada banyak model-model yang berbeda dari posmodernisme seperti halnya yang ada pada high-modernism (Jameson), dan model-model hasil dekonstruksi ini bisa menimbulkan kekacauan sosial apabila tidak diikuti dengan rekonstruksi nilai yang lebih baik.

Permasalahan lain dalam seni posmodern adalah karena runtuhnya pemisah antara budaya tinggi dan budaya massa, menyebabkan berbagai benda dan artifak budaya mampu dikonsumsi dan diproduksi secara massal, dan pada akhirnya akan mengarah pada komersialisasi seni dan budaya, serta perilaku konsumtif masyarakat yang semakin parah. Itulah sebabnya, banyak pengamat, di antaranya Fredric-Jameson yang mengistilahkan posmodernisme sebagai kapitalisme-lanjut. Kepura-puraan budaya juga akan muncul di dalam masyarakat, mengingat tidak adanya lagi batasan antara satu budaya dengan budaya yang lain, sehingga setiap individu terancam akan kehilangan keunikannya disebabkan berbagai pengaruh media yang tidak menghiraukan hierarki sosial. Subjek-individu telah terfragmentasi, terbelah-belah hingga ke dalam relung-dasar-emosi. (Jameson, 1991: 10-11)

Posmodernisme juga akan banyak menimbulkan paradoks atau pertentangan-pertentangan di dalam dirinya-sendiri, hal ini disebabkan oleh paham kebebasan dan kemajemukan yang cenderung apa pun boleh. Contoh sederhana misalnya dalam hal pornografi atau ketelanjangan-perempuan dalam karya-seni. Seorang seniman posmodernis bisa saja menganggap tubuh-telanjang-perempuan sebagai karya-seni, sebab tidak ada lagi batasan antara benda seni dan bukan. Namun, di sisi lain dari posmodernisme, kita dapat membela kaum-feminis untuk menentang nude-art yang dianggap sebagai eksploitasi-perempuan oleh seni-modern, sebab bagi posmodernisme tidak ada yang bisa menentukan makna dari sebuah karya sehingga terhindar dari label pornografi.

Permasalahan-permasalahan tersebut pada akhirnya akan ditanggapi juga oleh seniman-seniman posmodernis melalui gerakan-gerakannya. Salah satunya adalah apa yang ditunjukan oleh gerakan posmodernisme kritis. Salah satu karya posmodernisme kritis yang mengkritisi kehidupan masyarakat posmodern adalah karya Roger-Brown -- 'Talk-Show-Addicts'.

talkshow addict

Selain itu, pada akhir abad ke-20 sampai abad 21 ini terdapat pula gerakan-gerakan baru yang walaupun tidak menggunakan posisi avant-garde seperti dalam seni modern, namun membawa idealisme masing-masing. Di antara gerakan-gerakan itu adalah Stuckisme yang merupakan perlawanan terhadap seni-konseptual. Stuckisme mengusung karya-karya figuratif yang diperkuat konsep. Selain itu juga terdapat Thinkisme yang merupakan perlawanan terhadap lukisan-lukisan dekoratif.

sumber;
Foster, Hal. "Postmodern Culture". Pluto Press, UK: 1985
http://en.wikipedia.org
http://www.arthistory.sbc.edu/
http://www.kompas.com/

____________________________________________________________________
(sumber; Langit-Kalbu)

Jumat, 01 Mei 2009

koleksi-logo--google


































koleksi-logo--google






Kamis, 30 April 2009

koleksi-photography--sunset


































































koleksi-photography--sunset