document-lisence

seluruh dokumen di 'Jagad-seniRUPA' ini, dapat digunakan, dimodifikasi, dan disebarluaskan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan tetap menyertakan sumber-nya.

Sabtu, 26 Juni 2010

pasir

LUKISAN dengan media PASIR
(dari Mojopuro--Wuryantoro--Wonogiri--Jawa-Tengah--Indonesia)



Ketika Wawasan datang ke rumahnya, nampak jelas bahwa rumah yang terbuat dari papan jati tersebut, ditempati oleh seorang pelukis. Di ruang tamu, sejumlah lukisan dipajang. Selain itu ada beberapa bingkai lukisan yang dikemas di plastik karena tidak kebagian tempat. Lukisan yang paling dominan adalah lukisan Presiden Ir Soekarno. Lukisan itu berukuran 70 X 85 Cm. Di sebelahnya terdapat lukisan ”simbok”, yang menggambarkan seorang tua tengah berada di dapur memasak menggunakan tungku.
Lukisan-lukisan tersebut bila diamati dengan seksama tidak sama dengan lukisan pada umumnya. Lukisan produk Alit tidaklah menggunakan cat warna, semuanya menggunakan bahan-bahan dari alam. Untuk memainkan warna lukisan, Alit menggunakan wahana pasir. Sedangkan perekatnya menggunakan getah mahoni.
aya mulai melakukan eksperiman melikis menggunakan pasir, pada tahun 1979 lalu. Namun ketika itu saya belum banyak menemukan warna, sehingga menemui banyak kendala ketika harus mencurahkan ide ke kanvas. Namun saya tidak menyerah. Saya terus berburu mencari warna-warna yang terdapat dalam pasir dan bebatuan. Akhirnya baru pada tahun 2008, saya menemukan warna putih, hijau, kuning dan putih mangkak” jelas Alit.
Seiring dengan perkembangan waktu, Alit kemudian menemukan warna-warna lain yang menjadi kebutuhannya dalam mengekspresikan karyanya. ”Tapi sampai sekarang saya belum menemukan warna biru” akunya.
Untuk mendapatkan bahan dasar lukisannya, Alit harus terlebih dahulu berburu pasir dan bebatuan. ”Karena saya pecinta alam, perburuan itu saya anggap tidaklah memberatkan. Walau untuk mendapatkan pasir hitam kaca dan coklat, saya harus menyusuri sungai Bengawan Solo. Sedangkan untuk yang hitam pekat harus mencari di pantai. Tak hanya itu, untuk mendapatkan warna hijau harus mencari batu di pegunungan dan itu tak mudah ditemukan. Yang mudah mencarinya adalah warna merah. Saya menggunakan roster (kerap digunakan untuk fentilasi), saya tumbuk halus” akunya.
Disinggung cara melukisnya, awalnya Alit malu-malu untuk menjelaskannya. Dia anggap itu merupakan rahasia dapurnya. Namun saat memperagakan cara melukis, Wawasan jadi sedikit jelas. Awalnya, Alit menorehkan lem yang berasal dari getah mahoni. Setelah itu, Alit mengambil warna yang dikehendaki dan ditaburkannya ke atas lem.
Setelah kering, kemudian menorehkan lem lagi dan ditaburi warna yang lainnya. Begitulah prosesnya.
”Saya lebih senang memainkan lukisan naturalis dan abstrak ekspresionis” kata Alit saambil tangannya asyik menaburkan pasir ke kanvas.
Alit mengaku senang menyelami lukisan dengan media pasir dan batu ini. ”Saya juga telah menggelar pameran tunggal di Taman Budaya Surakarta, tanggal 22-27 Desember 2009” katanya.

Kiriman Pak Anto Rusmanto
Jatibening Bekasi
___________________________________________
(sumber; Komunitas Wuryantoro di Internet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar